PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesejahteraan suatu bangsa tidak cukup dipenuhi semata oleh kekayaan material yang diproduksi oleh teknologi yang dikuasainya. Kontribusi teknologi pada kemajuan budaya bangsa telah dicatat oleh manusia bahkan sejak jaman pra-sejarah. Pada abad 21 ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan konvergensi pada sejumlah teknologi fundamental. Kontribusi berbagai produk teknologi fundamental tersebut, maupun kombinasinya, disamping telah menjadikan unsur-unsur penting yang dibutuhkan untuk kesejahteraan kehidupan, telah pula dan akan terus menghasilkan berbagai dampak yang saling mempengaruhi secara berantai satu terhadap yang lainnya (Tjokronegoro, 2008).
Dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, yang digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan beserta isinya, serta digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi, mengolah dan memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Sains dan tekhnologi dapat berkembang melalui kreativitas penemuan (discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa (Tjokronegoro, 2008).
Perkembangan IPTEK dalam bidang pangan dimungkinkan karena adanya pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang pertanian terutama dalam peningkatan produktivitas melalui rekayasa genetika (bioteknologi modern). Namun di sisi lain perkembangan tersebut dapat berdampak fatal. Dengan pesatnya pertumbuhan populasi dunia, sangat membutuhkan upaya peningkatan suplay pangan yang demikian besar pula. Salah satu alternatif upaya penyelesaian masalah pangan adalah dengan Genetically Modified Organism (GMO) atau teknologi transgenik (Matsui, Miyazaki, Kasamo, 1997). Tanaman dihasilkan melalui rekayasa genetika dengan memindahkan satu atau beberapa gen yang dikehendaki dari suatu sumber gen ke tanaman yang dikehendaki. Sumber gen di sini bisa berarti sesama tanaman satu famili atau beda famili bahkan bisa dari organisme lain misalnya gen bakteri.
Perkembangan GMO yang luar biasa di 3 tahun terakhir membawa kekawatiran dan persepsi masyarakat umum. Pro dan kontra tanaman transgenik ini tidak hanya terjadi di luar negeri tetapi juga di Indonesia. Di Indonesia, meski tak sampai merusak areal tanaman petani, kalangan aktivis lingkungan dan petani protes keras akan keberadaan GMO. Empat lembaga non-pemerintah/LSM (KONPHALINDO, YLKI, PAN Indonesia, dan ICEL) terang-terangan menolak SK Menteri Pertanian No. 107/Kpts/KB/430/2/2001 tentang Pelepasan Terbatas Kapas Transgenik Bt DP 5690B sebagai Varietas Unggul, dan ditanam di tujuh kabupaten di Sulsel (Intisari, 2003). Ada alasan yang mendasar mengapa keberadaan tanaman transgenik menjadi pro dan kontra. Menyimak kontroversi mengenai GMO, bagi mereka yang memahami hakekat teknologi GMO beserta dampaknya, akan sangat mudah memahami kontroversi yang berkepenjangan ini tetapi bagi yang belum mengerti hal tesebut perlu adanya kajian yang lebih lanjut. Secara jujur dapat dikatakan pertentangan ini terjadi karena penguasaan GMO atau teknologi transgenik sendiri tidak dikuasai secara benar dan jernih karena lebih mengedepankan sifat apatisme.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian Genetically Modified Organism (GMO)?
2. Bagaimana dampak positif dan negatif Genetically Modified Organism (GMO)?
3. Bagaimana implikasi Genetically Modified Organism (GMO) terhadap dunia sains-teknologi dan kehidupan manusia?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui pengertian Genetically Modified Organism (GMO).
2. Mengetahui pro dan kontra Genetically Modified Organism
3. Mengetahui implikasi Genetically Modified Organism (GMO) terhadap dunia sains-teknologi dan kehidupan manusia.
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat yang bisa diambil dari penulisan makalah ini adalah
1. Menambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis tentang implikasi GMO terhadap dunia sains-teknologi dan kehidupan manusia.
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang implikasi GMO terhadap dunia sains-teknologi dan kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Genetically Modified Organism (GMO)
Pangan hasil rekayasa genetika atau Genetically Modified Organism (GMO) adalah pangan atau produk pangan yang diturunkan dari tanaman, atau hewan yang dihasilkan melalui proses rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah proses bioteknologi modern dimana sifat-sifat dari suatu mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan gen-gen dari satu spesies mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun memodifikasi gen-gen dalam satu spesies. Yang termasuk pangan hasil rekayasa genetika antara lain: hewan transgenik, bahan asal hewan transgenik dan hasil olahannya, ikan transgenik, bahan asal ikan transgenik dan hasil olahannya, tanaman transgenik, bagian-bagiannya dan hasil olahannya, serta jasad renik transgenik (Koswara, 2007).
Tanaman transgenik dibuat membuat gen yang telah diidentikfikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman. Melalui suatu sistem tertentu, sel tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa gen. Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut (Muladno, 2002).
Secara sederhana Brown (1990) menguraikan perakitan tanaman transgenik sebagai berikut: 1) isolasi gen atau DNA target yang membawa sifat tertentu dari bakteri tertentu atau tanaman lain yang mempunyai sifat yang diinginkan, 2) ligasi DNA target ke dalam vektor sehingga terbentuk DNA rekombinan, 3) transformasi vektor (DNA rekombinan) pada bakteri tertentu dengan tujuan untuk memperbanyak kopi DNA rekombinan, dan 4) penyisipan vektor dan DNA target ke dalam sel tanaman yang dikehendaki yang tidak mempunyai sifat tersebut.
2.2 Pro dan Kontra Genetically Modified Organism (GMO)
a. Pro GMO
Keuntungan pangan hasil rekayasa genetika antara lain meningkatkan efisiensi dan produktivitas, nilai ekonomi produk, memperbaiki nutrisi, nilai palatabilitas dan meningkatkan masa simpan produk. GMO adalah mahluk hidup yang telah ditingkatkan kemampuan genetisnya melalui rekayasa genetis. Secara mudah dapat dipahami bahwa dengan rekayasa genetis, ”komponen” mahluk hidup ”dibuah”, disesuaikan, sehingga menjadi lebih unggul, semisal tahan hama, tahan penyakit, dan lebih banyak menghasilkan panen, atau menambah ”gemuk” hewan ternak. Sebagai contoh, tanaman jagung yang mudah terserang hama, melalui rekayasa genetis, dapat di ”silangkan” dengan jenis bakteri yang dapat ”melawan” hama tersebut, sehingga menjadi tanaman jagung type baru yang tahan hama (Koswara, 2007).
Kelompok pro-GMO bersikeras berpendapat bahwa tanaman transgenik dan produk olahannya aman dan menguntungkan dan patut dimasyarakatkan produk transgenik tersebut. Pertengahan 1990-an, pelaku agribisnis mulai mempromosikan benih tanaman transgnik yang diklaim mengurangi pemakaian pestisida dan ramah lingkungan, seperti : jagung Bt, kapas Bt, dan kedelai Bt, kanola yang tahan hama dan toleran herbisida. Tanaman transgenik tahan hama, memiliki keuntungan ganda. Karena dengan disisipi gen bakteri tanah Bt, sel tanaman akan menghasilkan crystalline (Cry) protein yang bersifat toksik terhadap hama serangga tertentu. AS sebagai negara produsen tanaman transgenik terbesar (68% dari total areal transgenik dunia), terdiri atas tanaman kedelai, jagung, kapas, dan kanola transgenik. Di Indonesia, meski tidak tercatat sebagai produsen tanaman transgenik, kenyataannya beberapa jenis komoditas transgenik sudah tumbuh di Tanah Air. Sejak diterbitkan SK Mentan (No. 856/Kpts/HK330/9/1997), menurut Hari Hartiko (2000), di Indonesia sudah ditanam 10 tanaman transgenik, antara lain jagung (4 jenis), kacang tanah, kapas (2 macam), kakao, kedelai, padi, tebu, tembakau, ubi jalar, dan kentang. Sejauh ini pengujian tanaman transgenik oleh Deptan masih terbatas pada pengamatan secara fisik. Selain keempat komoditas utama (jagung, kedelai, kapas, dan kanola), di dunia ini sudah beredar tanaman transgenik lain, meski masih relatif sedikit jumlahnya , seperti kentang, labu, pepaya, melon, tomat, dan tanaman yang direkayasa agar tahan virus, awet segar, dan bernilai gizi tinggi.
Tanaman transgenik yang sudah berhasil dilepas di lapangan mempunyai banyak manfaat terutama di bidang pertanian. Tanaman transgenik yang tahan terhadap insekta, herbisida, dan toleran terhadap lingkungan secara langsung berperan dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dapat dipahami karena tanaman dapat sintas menghadapi tekanan lingkungan, sehingga semua fase kehidupannya dapat dilalui dengan baik. Tanaman transgenik yang tahan terhadap insekta akan menurunkan frekuensi aplikasi pestisida. Pengurangan pemakaian pestisida sama artinya dengan tidak memasukkan bahan-bahan kimia berbahaya ke dalam lingkungan, sehingga dampak pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Dalam kasus ini tanaman transgenik mampu meningkatkan keramahan terhadap lingkungan.
Keberhasilan perakitan tanaman transgenik yang mempunyai kadar zat gizi tinggi, masa simpan produk lebih lama, dan penampilan produk lebih baik menyebabkan mutu produk secara keseluruhan lebih baik. Mutu produk yang baik memberikan kepuasan terhadap konsumen.
Dalam hal pelestarian hayati sudah ada contoh nyata bahwa organisme transgenik justru menjadi penyelamat terhadap kepunahan suatu spesies. Pohon chesnut (Castanea dentata) pada mulanya merupakan tanaman dominan yang tersebar luas di Amerika Utara. Serangan cendawan Cryphonectria parasitica telah menghancurkan tanaman hingga ambang kepunahan. Saat ini telah dilakukan rekayasa genetika sehingga kromosom C. parasitica mengandung gen dari mycovirus sehingga keganasannya berkurang (hypovirulent). C. parasitica transgenik tersebut sangat membantu dalam menangkal serangan C. parasitica liar di alam, sehingga dapat menyelamatkan tanaman chesnut dari kepunahan (Suwanto 2000a).
b. Kontra GMO
Sedangkan resiko yang perlu diperhatikan dari pengembangan GMO antara lain kemungkinan terjadinya gangguan pada keseimbangan ekologi, terbentuknya resistensi terhadap antibiotik, dikuatirkan dapat terbentuknya senyawa toksik, allergen atau terjadinya perubahan nilai gizi (Koswara, 2007).
Menurut dokumentasi dari Smith dalam buku Seeds of Deception dan Genetik Roulette, setidaknya 65 risiko kesehatan serius dampak dari mengkonsumsi produk GMO, yang dijabarkan sebagai berikut.
1) Keturunan tikus diberi makan kedelai transgenik menunjukkan peningkatan lima kali lipat resiko kematian, bayi yang di lahirkan tidak cukup berat badan, ketidakmampuan bereproduksi
2) Tikus jantan yang diberi makan kedelai Transgenik, mengalami kerusakan sel-sel sperma muda
3) Dapat merubah Fungsi DNA dari Embrio Tikus yang di berikan makan Kedele Transgenik (GMO)
4) Beberapa petani di AS telah melaporkan masalah kemandulan atau kesuburan antara babi dan sapi yang diberi makan Varietas Jagung GMO
5) Penyidik di India telah mendokumentasikan masalah kesuburan, aborsi, kelahiran prematur, dan masalah kesehatan serius, termasuk kematian, di antara kerbau yang diberi makan biji kapas GMO .
6) Hewan yang mengkonsumsi makanan GMO mengalami pendarahan perut, berpotensi bertumbuhnya sel pra-kanker, kerusakan organ dan sistem kekebalan tubuh, peradangan ginjal, masalah dengan darah, sel hati, dan kematian yang tidak dapat dijelaskan.
7) Alergi terhadap kedelai telah meningkat setelah pengenalan cara menanam dengan metode GMO / Kedelai Transgenik
8) Gen dari tanaman GMO men transfer bakteri usus manusia, yang mungkin akan mengubah flora usus Anda menjadi “hidup seperti pabrik pestisida”
Tidak seorang pun yang mengetahui sepenuhnya apa yang terjadi pada produk akhir ketika Anda menyambung gen baru (proses mutasi genetik) dan kemudian mengkonsumsi produk hasil mutasi tersebut selama berapa generasi. Satu-satunya hal yang dijamin adalah bahwa hal itu akan menciptakan efek samping yang mengejutkan. Namun, menurut penelitian Smith, bahwa antara tahun 1994 dan 2001 – saat yang bersamaan dengan produk GMO’s membanjiri pasar – penyakit yang berhubungan dengan makanan meningkat dua kali lipat. Produk Hasil GMO dapat menyebabkan alergis, toxic, karsinogenik /potensi kanker, dan anti-gizi. Di sisi lain, banyak yang beranggapan bahwa keberadaan produk ini dikhawatirkan menimbulkan dampak yang merugikan bagi konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati serta kesehatan manusia.
Sedangkan menurut Yayasan IDEP Foundation GMO menyebabkan berbagai dampak negative dalam berbagai aspek kehidupan diantaranya:
1. Dampak GMO bagi pertanian
a) Hasil panen lebih rendah
Laporan hasil penelitian menunjukkan hasil panen tanaman transgenik tidaklah seperti yang dijanjikan oleh perusahaan, dan bahkan untuk tanaman tertentu lebih rendah dibanding varietas biasa.
b) Biaya produksi lebih tinggi
Harga benih transgenk jauh lebih mahal disbanding benih hibrida maupun varietas lokal. Selain itu, seringkali petani terpaksa juga harus membeli paket pestisida dan pupuk tambahan.
c) Peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian
Sebagian besar tanaman transgenik (tahan herbisida) diciptakan agar petani menggunakan lebih banyak herbisida di lahannya. Ada pula kasus lain dimana tanaman transgenik tahan hama (tanaman Bt) justru membutuhkan lebih banyak insektisida.
d) Hilangnya varietas lokal
Seperti halnya kasus pemasyarakatan tanaman hibrida secara besar besaran, penggunaan benih transgenik juga dapat menyebabkan hilangnya varietas-varietas lokal. Petani tidak akan lagi melestarikan benih lokalnya. Di samping itu, tanaman transgenik dapat mencemari varietas lokal yang telah ada.
e) Memicu pertanian monokultur yang tidak berkelanjutan
Penanaman tanaman transgenik secara luas akan menciptakan system pertanian monokultur yang sejarah telah membuktikan tidaklah berkelanjutan dan beresiko tinggi secara ekonomi (petani menjadi tergantung pada harga saat panen raya), maupun secara ekologi (ledakan hama dan penyakit).
f) Hilangnya organik Bt semprot
Salah satu pilihan petani organik dalam penyemprotan hama adalah dengan menggunakan tanaman Bt (Bacillus thuringiensis). Menggunakan gen Bt akan mengakitbatkan hama menjadi kebal terhadapnya dan menyebabkan petani organik tak punya pilihan lain.
g) Perawatan yang rumit
Untuk mencegah terjadinya kekebalan hama, penanaman tanaman transgenik Bt harus dilakukan dengan strategi tertentu dimana setidaknya 25% dari lahan petani harus ditanami varietas biasa. Sehingga hal ini menyebabkan pengolahan lahan menjadi lebih rumit.
2. Dampak GMO bagi lingkungan
a) Polusi genetika
Angin, hujan, burung, lebah, dan serangga penyerbuk lainnya dapat menyebarkan serbuk sari tanaman transgenik ke lahan sekitarnya, mencemari DNA tanaman organik dan non-transgenik petani lainnya.
b) Dampak negatif pada ekologi tanah
Penelitian menunjukkan bahwa tanaman transgenik Bt dapat mempengaruhi mikroba berguna dalam tanah. Gen tanaman transgenik dapat berpindah ke mikroba tersebut dan mempengaruhi ekologi dan kesuburan tanah.
c) Gulma super
Tanaman transgenik yang tahan herbisida berpotensi untuk menyerbuki gulma sejenis di sekitarnya. Gulma ini kemudian berkembang menjadi tahan herbisida sehingga akan diperlukan bahan kimia yang lebih beracun lagi untuk mengendalikannya.
d) Hama super
Karena siklus hidup yang pendek, hama serangga dikenal dapat dengan cepat mengembangkan kekebalan tubuhnya terhadap insektisida. Akankah hal yang sama juga akan terjadi pada tanaman transgenik yang menghsilkan racun sendiri, seperti misalnya tanaman transgenik Bt.
e) Virus tanaman baru yang lebih berbahaya
Penelitian menunjukkan bahwa tanaman transgenik yang tahan virus dapat menyebabkan virus-virus tersebut bermutasi menjadi virus baru yang lebih ganas. Hal ini berpotensi untuk menyebabkan bencana yang lebih parah jika virus tersebut terus menerus bermutasi, mengakibatkan penyakit tanaman enjadi lebih sulit ditangani.
f) Dampak pada serangga dan hewan yang tidak mengganggu
Penelitian mulai menunjukkan bahwa tanaman transgenik Bt berefek merugikan pada berbagai serangga dan burung. Ada pula laporan kontroversial yang menyatakan bahwa tanaman transgenik telah berdampak buruk pada jumlah kupu-kupu tertentu.
g) Hilangnya keanekaragaman hayati
Belum jelas bagaimana tanaman transgenik akan berinteraksi dengan mahluk hidup lain yang telah ada. Tanpa pengujian yang memadai, keaneka-ragaman lokal dan dunia dalam bahaya. Pencemaran gen terhadap jenis lain dalah kemungkinan pasti. Selain itu masih banyak lagi yang belum diketahui. Ini adalah juga sebuah hal besar.
h) Efek negatif pada ekologi hutan yang ditanami pohon transgenik
Pohon transgenik dirancang untuk tumbuh dengan sangat cepat. Oleh karenanya mereka akan bersaing dengan pohon asli lain yang telah ada, dan merebut unsur hara, air dan sinar matahari yang tersedia. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan total ekologi hutan dimana pohon tersebut hidup.
3. Dampak GMO bagi kesehatan
a) Keracunan makanan transgenik
Produk transgenik nyata-nyata berpotensi mengandung racun dan adalah sebuah ancaman kesehatan manusia. Di tahun 1989, salah satu merek makanan suplemen yang mengandung bahan transgenik telah mengakibatkan kematian 37 warga Amerika dan memperparah penyakit 5.000 orang lainnya yang sebelumnya telah menderita sakit sebelum mengkonsumsi makanan suplemen tersebut. Di tahun 1999, penelitian oleh Dr. Arpad Pusztai menunjukkan kentang transgenik yang tersisipi DNA suatu tanaman dan virus ‘’Cauliflower Mosaic Virus’’ (penunjang virus yang biasa digunakan dalam pembuatan tanaman transgenik), adalah beracun bagi mamalia.
b) Meningkatnya resiko kanker
Di AS, Monsanto menjual recombinant Bovine Growth Hormone (rBGH) transgenik, yang disuntikkan ke sapi perah agar dapat memproduksi lebig banyak susu. Susu serta produk-produk olahannya dapat menyebabkan gangguan pada jaringan payudara dan prostat manusia serta kanker usus besar. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa adanya kandungan yang tinggi dari produk samping hormon tersebut dalam tubuh manusia cenderung menyebabkan resiko kanker.
c) Alergi terhadap makanan
Memakan protein asing yang terkandung dalam produk makanan transgenik dapat membahayakan manusia. Pengujian keamanan pra-pemasaran yang ketat sangatlah penting untuk melindungi kesehatan masyarakat umum. Hukum pelabelan atas produk makanan transgenik juga penting agar konsumen yang alergi makanan dapat menghindarinya dan juga agar petugas kesehatan dapat melacak balik sumber bahan penyebab alergi tersebut jika terjadi kasus alergi makanan transgenik.
d) Rusaknya kandungan gizi dan kualitas makanan
Kandungan zat-zat yang berguna untuk mencegah penyakit jantung dan kanker pada kedelai transgenik malahan lebih rendah dibanding kedelai tradisional. Hasil penelitian ini dan yang lainnya, termasuk penelitian Dr. Pusztai, menunjukkan bahwa makanan transgenik cenderung lebih rendah kualitas dan kandungan nutrisinya.
e) Kekebalan bibit penyakit terhadap antibiotika
Proses pembuatan produk transgenik seringkali dilakukan dengan menggunakan gen ‘’penanda’’ yang bersifat antibiotik. Gen penanda ini berfungsi sebagai tanda untuk menunjukkan apakah gen yang ditransfer/ dipindahkan sudah berhasil menyatu dengan inangnya atau tidak. Beberapa peneliti mengkhawatirkan bahwa gen penanda yang tahan antibiotic ini tanpa diduga dapat menyatu dengan kuman penyebab penyakit, baik di alam bebas maupun di dalam perut hewan ataupun manusia yang mengkonsumsi makanan trasgenik. Jika ini terjadi, akan menyebabkan bencana kesehatan bagi manusia dimana penyakit menjadi tahan antibiotic sehingga tak dapat diobati lagi dengan antibiotik biasa dan menyebabkan pembuatan obat yang lebih keras lagi.
f) Menigkatnya kandungan residu pestisida pada makanan
Perusahaan-perusahaan raksasa yang bergerak di bidang bioteknologi ini adalah perusahaan yang sama dengan perusahaan kimia yang memproduksi dan menjual racun kimia pestisida. Perusahaan-perusahaan ini merekayasa gen tanaman sehingga menjadi tahan terhadap herbisida yang mereka buat sehingga mereka dapat menjual lebih banyak herbisida lagi kepada petani yang akhirnya memaksa petani harus menggunakan lebih banyak herbisida lagi untuk mengendalikan gulma.
4. Dampak GMO bagi dunia perekonomian
a) Diperkirakan berbahaya, beberapa negara telah mengatur dan menolak produk transgenik, sehingga menutup pasar ekspor transgenik.
b) Produk bebas-transgenik memperoleh harga yang lebih baik di pasar internasional.
c) Perusahaan transgenik memonopoli sistem produksi pangan.
d) Perubahan pasar internasional atas produk minyak pangan.
2.3 Implikasi GMO terhadap Dunia Sains-Teknologi dan Kehidupan Manusia
Kemajuan di bidang ilmu hayati seperti biologi molekuler, genetika molekuler, dan rekayasa genetika pada abad ke-20 telah dikemas menjadi suatu teknologi canggih yang disebut dengan bioteknologi. Salah satu keunggulan bioteknologi adalah kemampuannya mengubah suatu sifat organisme menjadi sifat baru seperti yang dikehendaki. Perkembangan bioteknologi terkini telah memasuki tahap pemasaran GMO (Genetically Modified Organism) yang lebih dikenal dengan teknologi transgenik. Perakitan tanaman transgenik dapat diarahkan untuk memperoleh kultivar tanaman yang memiliki produksi tinggi, nutrisi dan penampilan berkualitas tinggi, maupun resistensi terhadap hama, penyakit dan cekaman lingkungan. Fragmen DNA organisme manapun melalui teknik rekayasa genetika dapat disisipkan ke genom jenis lain bahkan yang jauh hubungan kekerabatannya. Pemindahan gen ke dalam genom lain tidak mengenal batas jenis maupun golongan organisme. Melihat potensi manfaat yang dapat disumbangkan, pendekatan GMO sebagai produk sains dan teknologi dipandang mampu menyelesaikan problematika pangan dunia terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju (Zohrah 2001; Suranto 1999).
Perkembangan revolusi genetika yang begitu pesat memberi peluang sangat besar terjadinya perubahan-perubahan di masa mendatang yang akan berpengaruh besar terhadap dunia sains-teknologi dan peradaban manusia. Dengan ditemukannya GMO, sains dan teknologi menjadi lebih berkembang dan mendorong para ahli sains untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya terutama di bidang bioteknologi.
Sains berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu manusia untuk mencapai tujuan hidup yang berhubungan dengan hakekat kemanusiaan itu sendiri (Nasoetion 1999). Posisi ilmuan (ahli sains) sangat penting karena hanya mereka yang mampu menganalisis potensi risiko dan keuntungan serta memiliki kewajiban etis untuk menganalisis secara fair, terbuka dan tidak berat sebelah. Keputusan akhir tidak boleh diserahkan sepenuhnya kepada ilmuan karena monopoli ilmu tidak berarti memonopoli etika dan kearifan. Dari standar etika dan kaidah berperilaku yang diberlakukan kelompok keilmuwan lain terutama dari etika kelompok ilmuwan biologi, menurut Rifai (2002), dapat diperkirakan etika dan kaidah perilaku ilmuwan bioteknologi adalah pertama ilmuwan bioteknologi harus menghormati standar etika tertinggi, mengemban kewajiban moral dan tanggung jawab profesional terhadap masyarakat umum artinya secara aktif dan proaktif melayani dan memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Pernyataan ilmiah untuk umum harus dijaga ketepatannya jauh dari sensasi tanpa membesar-besarkan kelebihannya ataupun menutupi kekurangannya. Kedua, pakar bioteknologi berkewajiban memajukan, memanfaatkan, mengembangkan dan menguasainya bidangnya untuk didarmabaktikan bagi kepentingan umum dan kesejahteraan umat manusia serta dapat memahami keterbatasan pengetahuan dan ilmunya serta menghormati makna kebenaran ilmiah. Ketiga, pakar bioteknologi senantiasa berusaha memajukan profesinya dengan meningkatkan kemampuan dan kompetensinya sehingga selalu dapat mengikuti perkembangan mutakhir bidangnya, mendukung perhimpunan ilmiahnya, menelorkan berbagai gagasan dan informasi guna menyuburkan kemitraan dalam bersinergi sesamanya. Keempat, pakar bioteknologi dituntut untuk memahami dan mengantisipasi dampak kegiatannya pada lingkungan, disamping berperikemanusiaan mereka perlu pula berperikebinatangan dan berperiketumbuhan. Nasoetion (1999) menambahkan bahwa kewajiban seorang ilmuwan secara batiniah adalah memberikan sumbangan pengetahuan baru yang benar kepada kumpulan pengetahuan yang benar yang sudah ada, walaupun ada tekanan ekonomi, atau sosial yang memintanya untuk tidak melakukan hal itu, karena tanggung jawab para ilmuwan adalah memerangi ketidaktahuan, prasangka dan takhayul di kalangan manusia mengenai alam semesta ini.
Menurut Moeljopawiro (2002) bioetika adalah etika yang terkait dengan kehidupan yang pertanggungjawabannya dua arah yaitu vertikal dan horizontal, kepada Yang Maha Pencipta dan kepada sesama manusia. Sukara (2002) menambahkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat seakan-akan berlangsung secara otomatis dan tidak tergantung kepada kemauan manusia, sehingga seolah-olah kemajuan ilmu pengetahuan tadi tidak memperhatikan aspek etika. Akibatnya pada saat teknologi akan diterapkan sering mendapatkan reaksi negatif dari kalangan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pangan hasil rekayasa genetika atau Genetically Modified Organism (GMO) adalah pangan atau produk pangan yang diturunkan dari tanaman, atau hewan yang dihasilkan melalui proses rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah proses bioteknologi modern dimana sifat-sifat dari suatu mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan gen-gen dari satu spesies mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun memodifikasi gen-gen dalam satu spesies.
GMO banyak menuai pro dan kotra. Kalangan pro GMO menyatakan rekayasa genetika merupakan salah satu teknologi yang potensial sebagai alternatif pemecahan masalah pangan dunia untuk menghasilkan tanaman transgenik. Tanaman transgenik telah banyak dilepas sebagai tanaman pangan dengan tujuan seperti tahan insekta, tahan herbisida, mengandung vitamin dan gizi tinggi, tahan penyimpanan jangka panjang, dan sebagainya. Sampai saat ini fakta menunjukkan bahwa kelompok tanaman ini telah memberi banyak manfaat khususnya dalam dunia pertanian karena memiliki produktivitas dan kualitas tinggi serta lebih ramah lingkungan. Sedangkan kalangan yang kontra GMO berpendapat bahwa tidak ada teknologi tanpa resiko, begitu juga dengan tanaman transgenik. Adanya resiko ini menimbulkan kekhawatiran pada kelompok tertentu diantaranya kemungkinan terjadinya gangguan pada keseimbangan ekologi, menurunnya biodiversitas, timbulnya masalah perekonomian petani, terbentuknya resistensi terhadap antibiotik, terbentuknya senyawa toksik, dan allergen atau terjadinya perubahan nilai gizi.
GMO juga merupakan potensi yang sangat penting dalam mengatasi berbagai kendala land-based agriculture menuju beyond land agriculture, suatu persoalan yang akan hadir di masa datang. Dengan ditemukannya GMO, sains dan teknologi menjadi lebih berkembang dan mendorong para ahli sains untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya terutama di bidang bioteknologi. Kehadiran GMO sebagai produk sains bukan saja memberikan kontribusi pada perwujudan kesejahteraan yang baru bagi manusia, tetapi juga berpengaruh pada tata-nilai kehidupan kesejahteraan itu sendiri. Disamping telah memberikan berbagai kemudahan serta kecukupan pemenuhan kebutuhan untuk kesejahteraan, sifatnya yang masih high exploitative terhadap aset bumi dan alam, mulai dirasakan pula berbagai dampaknya yang berantai pada kondisi alam serta lingkungan bumi dimana manusia tinggal.
3.2 Saran
Saran yang diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat mampu menelaah sisi positif dan sisi negatif dari GMO.
2. Pemerintah harus lebih mensosialisasikan masalah GMO tersebut kepada masyarakat luas.
3. Teknologi sudah ada dan harus dipelajari. Banyak ahli bioteknologi kita yang bernaung di bawah P3 Bioteknologi LIPI dan Balitbio Deptan sudah menimba ilmu di luar negeri akan sia-sia kalau belum-belum kita sudah apatis terhadap teknologi GMO ini
DAFTAR RUJUKAN
Brown, T.A. 1990. Gene Cloning.. London: Chapman and Hall.
Hartiko, Hari. 2000. Diskusi Pakar dalam Memperingati Hari Hak-hak Konsumen Sedunia Tahhun 2000. Jakarta, 2 Maret 2000.
Intisari. 2003.
Koswara, 2007. Labelisasi dan Deteksi GMO, (Online), ( http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr264042.pdf, diakes 14 Mei 2010).
Matsui, S., S. Miyazaki and K. Kasamo. 1997. The Biosafety Result of Field Test of Genetically Modified Plants and Microorganisms. Jepang: Japan International Risearch Centre for Agricultural Sciences (JIRCAS).
Moeljopawiro, S.2002. Bioetika Penelitian Pertanian. Jakarta Pusat: Perlindungan Varietas Tanaman.
Muladno, M.S.A. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Nasoetion, A.H. 1999. Pengantar ke Filsafat Sains. Jakarta: Litera Antarnusa.
Rifai, A.M. 2002. Bioetika dan Kode Etika Biologiwan. Dalam Diskusi Panel Bioetika : Bagian Keseharian Ilmuwan. Dewan Riset Nasional. Bogor : LIPI.
Smith. ----. Seeds of Deception dan Genetik Roulette.
Suharsono, S. 2000. Prinsip Rekayasa Genetika Pelatihan Teknik Pengklonan Gen dan Pengurutan DNA. Bogor.
Sukara, E. 2002. Pentingnya Bioetika Sebagai Kendali dan Arah Bagi Kemajuan Biosains : Beberapa Studi Kasus Yang Harus Dicermati. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Suranto, S. 1999. Krisis Pangan Dunia dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul untuk Mengatasinya. Hayati. 6(2): 47-50.
Suwanto ,A. 2000a. Tanaman Transgenik : Bagaimana Kita Menyikapinya ?.Hayati. 7(1):26-30.
Tjokronegoro, Harijono A. 2008. Teknologi dan Peningkatan Kesejahteraan Bangsa, (Online), (http://mgb.itb.ac.id, diakses 14 Mei 2010).
Yayasan IDEP Foundation GMO. Keterangan/Fact Sheet mengenai Genetically Modified Organism, (Online), (http://124.81.86.180/publikasi/ip023093.pdf, diakses 14 Mei 2010).
Zohrah. 2001. Bioteknologi dan Biosefti. Dalam Rampak Serantau. Sariyan, A (Ed.). Brunei Darussalam: Pusat Fotostat Hulu Kelang.